Partai Demokrat Korea Selatan, sebagai oposisi terhadap Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif milik Yoon Suk Yeol, menyebut tindakan presiden sebagai "sikap tak tahu malu" dan mengatakan bahwa "tidak ada harapan" bagi kebijakan presiden. Skandal ini juga menimbulkan pecahnya keretakan dalam Partai Yoon, dengan salah satu pemimpin membandingkan Nyonya Kim dengan Marie Antoinette, ratu Prancis yang terkenal karena gaya hidup mewahnya.
Tidak hanya itu, partai oposisi juga telah lama menuduh ibu negara terlibat dalam manipulasi harga saham. Awal tahun ini, Presiden Yoon memveto RUU yang menyerukan agar istrinya diselidiki atas tuduhan tersebut.
Skandal yang melibatkan ibu negara ini telah menciptakan ketegangan dalam pemerintahan Korea Selatan. Perkembangan lanjutan terkait pemintaan maaf Presiden Yoon dan skandal yang melibatkan ibu negara tersebut masih terus menjadi perhatian masyarakat. Hal ini menunjukkan pentingnya integritas dan transparansi dalam kepemimpinan suatu negara.
Dari kasus ini, kita dapat melihat betapa pentingnya peran ibu negara dalam menjaga citra negara dan kepemimpinan. Upaya untuk mengatasi kontroversi yang muncul juga menjadi bagian dari proses pembelajaran bagi pemerintahan Korea Selatan. Diharapkan, dengan adanya permintaan maaf ini, dapat membawa dampak positif dalam memperbaiki hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap negara dan kepemimpinan yang ada. Ke depannya, upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan akan menjadi kunci untuk mencegah terjadinya kontroversi serupa di masa mendatang.