Sebagai dukungan kepada Hamas, Hizbullah menyatakan bahwa mereka tidak akan menghentikan serangan hingga terciptanya gencatan senjata di Gaza. Kedua kelompok ini didukung oleh Iran dan dianggap sebagai organisasi teror oleh Israel, Inggris, serta beberapa negara lainnya.
Ketika melakukan kunjungan ke pangkalan intelijen, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan terhadap Hizbullah sampai mencapai tujuan perangnya, yaitu memulangkan warga sipil Israel yang mengungsi di sepanjang perbatasan utara.
Netanyahu juga menegaskan kepada rakyat Lebanon bahwa "perang Israel bukanlah dengan kalian," sembari memperingatkan bahwa pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah "membawa kalian ke jurang kehancuran".
"Ikuti kata-kata saya kemarin, untuk mengosongkan rumah-rumah dari rudal-rudal di ruang tamu dan roket-roket di garasi. Siapapun yang menyimpan rudal-rudal di ruang tamu dan roket-roket di garasi, tidak akan punya rumah lagi," tegasnya.
Pihak Israel juga mengklaim telah melancarkan serangan terhadap ratusan lokasi Hizbullah, dengan tuduhan bahwa kelompok tersebut menyembunyikan senjata di daerah permukiman.
Serangan udara Israel pada Senin (23/9/2024) di wilayah selatan Lebanon dan Lembah Bekaa di timur telah mencatatkan tingkat kehancuran terparah di negara tersebut sejak tahun 2006, saat terakhir kali terjadi perang besar antara Hizbullah dan Israel.