Pada tahun 2024, Kamala Harris mengalami keterlambatan dalam memperjuangkan dirinya sebagai calon presiden. Sementara itu, Donald Trump telah mengambil langkah awal yang lebih cepat dalam meraih kesempatan tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa suasana politik Amerika Serikat masih menunjukkan ketidakpastian mengenai persaingan politik antara gender.
Polesan Kebijakan Luar Negeri Trump di Timur Tengah
Keputusan Trump dalam mendukung Israel dan pemindahan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap situasi Timur Tengah. Kontroversi dan ketegangan antara Israel dan Palestina semakin berkembang setelah langkah tersebut diambil. Kondisi ini menandakan perlunya evaluasi mendalam terkait kebijakan luar negeri yang diusung oleh Trump, terutama dalam konteks hubungan Amerika Serikat dengan Timur Tengah.
Namun, ada pandangan lain yang menganggap bahwa keberpihakan Trump kepada Israel dapat membawa dampak positif. Kesepakatan damai "Abraham Accord" antara Israel dengan beberapa negara di wilayah tersebut menjadi bukti bagi pandangan ini. Dalam konteks ini, diperlukan kajian yang lebih komprehensif mengenai implikasi kebijakan Trump terhadap situasi di Timur Tengah.
Implikasi kebijakan Ekonomi: Proteksionisme dan Isolasionisme
Slogan kampanye Trump yang dikenal "Make America Great Again" dan "America First," memberi sinyal kuat bahwa Amerika Serikat akan lebih mementingkan dirinya sendiri dalam kebijakan ekonomi. Hal ini menimbulkan kegelisahan dalam kancah internasional terutama terkait kebijakan proteksionisme yang diterapkan Trump, terutama dalam konteks perdagangan internasional.
Selain itu, kebijakan ini juga dapat dianggap sebagai langkah menuju isolasionisme dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Isolasionisme ini memunculkan kekhawatiran dalam hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara lain, terutama dalam upaya menjaga kerja sama internasional di berbagai sektor.
Pendekatan terhadap Multilateralisme
Kebijakan luar negeri Trump telah menimbulkan pergeseran signifikan terhadap pendekatan multilateralisme yang dianut oleh Amerika Serikat sejak Perang Dunia II. Kebijakan isolationisme yang diusungnya menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan lebih cenderung fokus pada kepentingan nasionalnya