Latihan ini terjadi saat jumlah senjata nuklir yang dimiliki AS dan Rusia mencapai sekitar 88% dari total inventaris senjata nuklir dunia, menurut Federasi Ilmuwan Amerika. AS diperkirakan memiliki 5.044 hulu ledak nuklir, sementara Rusia memiliki sekitar 5.580. Hal ini menunjukkan bahwa kedua negara tersebut memiliki potensi besar dalam senjata nuklir.
Situasi yang semakin memanas antara Rusia dan AS terkait Ukraina, terutama dengan dukungan persenjataan AS bagi Ukraina yang nilainya mencapai US$ 53,7 miliar (Rp 875 triliun), membuat persaingan di kawasan tersebut semakin tegang.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri pernah menyuarakan kemungkinan penggunaan senjata nuklir dalam situasi luar biasa, terutama saat AS diketahui meletakkan sejumlah senjata berbahaya di Eropa. Ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik yang semakin intensif di masa depan.