Stella Mehrabekyan, editor senior di agensi berita CivilNet di Yerevan, mengatakan, "Kami merasa bahwa orang Yahudi dan Armenia memiliki nasib yang sama. Dan itulah sebabnya kami lebih sakit hati ketika sikap ini datang dari Israel."
Di sisi lain, banyak warga Israel yang mengakui pembunuhan massal terhadap orang Armenia oleh Ottoman. Marina Kozliner, seorang Yahudi Armenia yang tinggal di pinggiran Tel Aviv, mengatakan bahwa sebagian besar orang Israel mendukung Armenia dalam isu ini.
Pengakuan Palestina oleh Armenia terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional, termasuk invasi Rusia ke Ukraina, konflik Armenia-Azerbaijan yang berkelanjutan, dan perang Israel melawan Hamas di Gaza. Selama beberapa bulan terakhir, insiden antisemitisme juga meningkat di Armenia, sebagian besar didorong oleh hubungan Israel dengan Azerbaijan.
Rabbi Gershon Burshtein, pemimpin spiritual pusat Yahudi Mordechay Navi di Yerevan, melaporkan bahwa sinagogenya telah dirusak tiga kali sejak Rosh Hashanah. Menurutnya, insiden ini kemungkinan bertujuan untuk mendiskreditkan Armenia dan menciptakan persepsi bahwa negara tersebut adalah pusat antisemitisme.