Filipina, negara kepulauan yang terkenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya, memiliki berbagai macam kuliner khas yang menggugah selera. Salah satu camilan yang sangat identik dengan perayaan Natal di Filipina adalah Puto Bumbong. Camilan manis ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa kenangan indah tentang kebersamaan dan tradisi keluarga.
Asal Usul dan Makna Puto Bumbong
Puto Bumbong adalah kue tradisional Filipina yang terbuat dari beras ketan ungu (pirurutong). Nama "Puto Bumbong" sendiri berasal dari dua kata, yaitu "puto" yang berarti kue kukus, dan "bumbong" yang merujuk pada bambu yang digunakan sebagai cetakan dalam proses pembuatannya. Makanan ini biasanya disajikan selama masa Simbang Gabi, yaitu rangkaian sembilan misa yang diadakan dari tanggal 16 hingga 24 Desember menjelang Natal.
Tradisi menikmati Puto Bumbong setelah mengikuti misa malam telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Natal di Filipina. Camilan ini melambangkan harapan, kebersamaan, dan rasa syukur yang mendalam, menciptakan suasana hangat dan penuh cinta di tengah keluarga dan komunitas.
Proses Pembuatan yang Autentik
Pembuatan Puto Bumbong melibatkan proses yang cukup unik dan tradisional. Beras ketan ungu direndam semalaman untuk memastikan teksturnya lembut dan mudah diolah. Setelah itu, beras digiling hingga halus dan dicampur dengan sedikit air untuk membentuk adonan yang kental. Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam tabung bambu yang sudah dilubangi di bagian bawahnya.