Tabung bambu tersebut diletakkan di atas periuk berisi air mendidih. Uap panas dari air mendidih akan mengukus adonan di dalam bambu, menghasilkan kue yang lembut dan kenyal dengan aroma khas bambu. Proses ini memerlukan keahlian khusus agar adonan matang merata tanpa lengket di dalam tabung bambu.
Setelah matang, Puto Bumbong dikeluarkan dari bambu dan disajikan di atas daun pisang. Sebagai pelengkap, kue ini biasanya diberi taburan kelapa parut, mentega, dan gula merah, menambah rasa manis dan gurih yang menggugah selera.
Sensasi Rasa yang Menggoda
Kombinasi rasa dan tekstur Puto Bumbong adalah hal yang membuatnya begitu istimewa. Beras ketan ungu yang kenyal berpadu sempurna dengan kelapa parut yang renyah. Tambahan mentega memberikan rasa gurih yang kaya, sementara gula merah menambah sentuhan manis yang pas. Setiap gigitan membawa perpaduan rasa dan aroma yang harmonis, memberikan pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
Keberadaan di Tengah Modernitas
Meskipun zaman terus berkembang dan modernisasi tak terhindarkan, Puto Bumbong tetap menjadi ikon kuliner Natal di Filipina. Banyak penjual tradisional masih menjaga cara pembuatan yang autentik, meskipun kini juga banyak variasi dan inovasi dalam penyajiannya. Beberapa restoran modern bahkan menyajikan Puto Bumbong dengan berbagai topping dan saus untuk menarik minat generasi muda.