Kasus-kasus ini juga membuka mata publik terhadap sisi gelap dunia maya yang semakin kompleks. Bukan hanya hacker atau malware, kini ancaman datang dari jaringan perekrutan palsu yang menjadikan manusia sebagai pion kejahatan digital global.
Bagi para korban, perjuangan belum usai. Selain harus menyembuhkan luka psikologis, banyak dari mereka yang kini menghadapi kesulitan hukum atau stigma sosial karena sempat terlibat dalam aktivitas ilegal, meskipun mereka sendiri sejatinya adalah korban.
Pemerintah Indonesia pun didesak untuk segera memperkuat edukasi publik soal literasi digital dan bahaya penipuan lowongan kerja online. Selain itu, perlu ada kerja sama regional antarnegara ASEAN untuk membongkar sindikat lintas negara ini.
Para calon pencari kerja juga diimbau untuk selalu mengecek keabsahan lowongan kerja, menghindari proses rekrutmen yang tidak transparan, serta mewaspadai tawaran yang terlalu muluk. Hindari menyerahkan dokumen pribadi seperti paspor atau data penting tanpa proses yang resmi dan jelas.
Kisah-kisah seperti yang dialami pemuda dari Sumatera Barat dan Dicky Wahyudin hanyalah dua dari sekian banyak tragedi yang terjadi karena ketidaktahuan, keputusasaan, dan jebakan digital yang kian canggih. Dalam dunia kerja digital saat ini, kehati-hatian bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.