Mata penjahat kerap kali menyajikan perspektif unik yang bisa membuka wawasan baru tentang dunia kriminal. Dari sudut pandang mereka, tindakan yang dianggap kriminal oleh masyarakat bisa saja memiliki alasan atau motivasi yang lebih kompleks dari sekadar niat jahat. Memahami sudut pandang penjahat tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membantu dalam upaya pencegahan kejahatan di masa depan.
Penjahat sering kali berasal dari latar belakang yang penuh dengan ketidakadilan sosial, kemiskinan, atau kekerasan. Mereka mungkin melihat dunia sebagai tempat yang kejam di mana mereka harus berjuang untuk bertahan hidup. Dalam konteks ini, tindakan kriminal bisa dilihat sebagai cara untuk bertahan hidup atau bahkan sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang dianggap tidak adil.
Contoh nyata dari perspektif ini bisa dilihat dalam kisah hidup John Dillinger, seorang perampok bank terkenal di Amerika Serikat pada era Depresi Besar. Dillinger melihat dirinya bukan sebagai penjahat, tetapi sebagai Robin Hood modern yang merampok bank-bank besar yang dianggapnya telah merampas kekayaan rakyat. Baginya, merampok bank adalah tindakan balas dendam yang sah terhadap sistem keuangan yang korup.
Tidak semua penjahat memiliki motif mulia seperti Dillinger. Beberapa di antaranya terlibat dalam kejahatan karena pengaruh lingkungan sekitar mereka. Dalam banyak kasus, anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan sering kali tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti jejak tersebut. Mereka mungkin melihat tindakan kriminal sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan rasa hormat atau keamanan.