Demensia, yang lebih dikenal dengan istilah pikun, adalah kondisi medis serius yang memengaruhi fungsi dasar otak seperti berpikir, berbicara, mengingat, dan membuat keputusan. Meskipun umum terjadi pada lansia, penting untuk dipahami bahwa demensia bukanlah bagian normal dari proses penuaan. Ada banyak mitos yang menyelimuti penyakit ini, termasuk anggapan bahwa lupa adalah hal biasa di usia tua. Padahal, dalam banyak kasus, penurunan kognitif yang konsisten dan progresif bisa menjadi pertanda awal demensia yang tidak boleh diabaikan.
Salah satu sinyal yang jarang disadari adalah adanya perubahan pada cara seseorang mengelola keuangannya. Dalam banyak kasus, tanda awal dari penyakit demensia bisa terlihat melalui kesulitan dalam mengambil keputusan keuangan, terlambat membayar tagihan, atau pengelolaan uang yang tidak biasa. Hal ini bahkan dapat terjadi jauh sebelum diagnosis resmi ditegakkan oleh tenaga medis.
Studi Menunjukkan Hubungan Antara Demensia dan Penurunan Skor Kredit
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Federal Reserve New York dan didukung oleh data dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health mengungkapkan fakta mengejutkan. Analisis mereka terhadap data Medicare dan pelaporan kredit di Amerika Serikat menemukan bahwa rata-rata skor kredit seseorang bisa mulai menurun dalam kurun waktu lima tahun sebelum diagnosis demensia diberikan.
Penurunan ini juga disertai dengan meningkatnya tunggakan pembayaran dan aktivitas keuangan yang tidak seperti biasanya. Temuan ini menjadi bukti bahwa dampak demensia tidak hanya terbatas pada ingatan dan kemampuan berpikir, tapi juga sangat memengaruhi stabilitas finansial pribadi.
Para peneliti menegaskan bahwa dampak keuangan akibat gangguan kognitif yang tidak terdiagnosis dapat memperparah tekanan ekonomi dalam rumah tangga. Bahkan sebelum seorang pasien resmi didiagnosis menderita demensia, keluarga mereka mungkin sudah mulai merasakan dampak buruknya melalui ketidakstabilan keuangan yang makin lama makin sulit dikendalikan.