Pernah gak, sih, ketika kamu menggunakan produk berperekat, seperti plester, koyo, patch transdermal, atau perban berperekat, lalu muncul ruam dan gatal di area kulit tersebut? Nah, bisa jadi kamu mengalami alergi perekat (adhesive allergy).
Secara medis, alergi perekat termasuk bentuk dermatitis kontak, yang bisa timbul sebagai reaksi dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Kedua jenis dermatitis kontak ini dapat menyebabkan kondisi yang hampir sama. Namun, karakteristik gejalanya sedikit berbeda.
Untuk mengetahui tanda dan gejala alergi perekat lebih lanjut, simak ulasannya berikut ini, yuk. Jangan-jangan kamu mengalaminya juga, nih!
1. Tanda dan gejala alergi perekat
Meski bisa muncul sebagai dermatitis kontak iritan, pada kebanyakan kasus, alergi perekat sering kali dilaporkan sebagai dermatitis kontak alergi. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala alergi umum, seperti ruam merah, gatal, dan pembengkakan.
Namun, gejala dermatitis kontak alergi biasanya tidak hanya memengaruhi area kulit yang kontak saja, tetapi juga bisa meluas ke area kulit sekitarnya. Sedangkan, pada dermatitis kontak iritan, hanya terbatas pada area yang terkena iritan saja. Gejala dermatitis kontak alergi pada alergi perekat biasanya lebih parah dan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk sembuh.
Adapun gejala umum alergi perekat, termasuk:
- Ruam merah dan gatal yang sangat mengganggu.
- Timbul benjolan kecil (papula).
- Pembengkakan.
- Kulit kering dan mengelupas.
- Muncul lepuh kecil (vesikel) atau lepuh besar (bula).
- Terjadi penggelapan kulit sementara (hiperpigmentasi) terutama di area kulit yang terkena perekat.
2. Penyebab alergi perekat
Alergi perekat yang muncul sebagai dermatitis kontak alergi biasanya dipicu karena reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat alergen (sumber alergi) yang terkandung dalam perekat. Ini bisa berasal dari berbagai sumber, misalnya, bahan lem perekat, bahan perban, atau justru kandungan obat di dalam produk perekat tersebut.