Kajian tersebut mencakup total 955 subjek dengan asma, yang semuanya mendapat perawatan standar untuk kondisi tersebut.
Ditemukan bahwa suplementasi vitamin D mengurangi perlunya kunjungan darurat penderita asma dan penerimaan rumah sakit sebesar 50 persen bila dibandingkan dengan plasebo, dengan tingkat kejadian tersebut turun dari 6 persen menjadi 3 persen.
Selain itu, di antara orang dewasa yang pernah mengalami serangan asma, suplemen vitamin D mengurangi perlunya pengobatan dengan tablet steroid atau suntikan hingga 30 persen, dari 0,43 kejadian per orang per tahun menjadi 0,30 kejadian per orang per tahun.
Dari sebuah analisis subkelompok, para peneliti menemukan bahwa pasien yang kadar vitamin D rendah pada penelitian awal mengalami manfaat terbesar dari suplementasi vitamin D; Kebutuhan mereka akan pengobatan dengan tablet steroid atau suntikan turun sebesar 55 persen.
Namun, mereka mencatat bahwa sejumlah kecil peserta di setiap subkelompok membuat sulit untuk memastikan apakah tingkat vitamin D awal mempengaruhi efek suplementasi pada tingkat keparahan asma.