Penyebab bronkiektasis beragam, tetapi sebagian besar berhubungan dengan infeksi paru-paru yang berulang. Infeksi seperti pneumonia, infeksi virus, atau tuberkulosis bisa menjadi pencetus penyakit ini. Selain itu, kondisi genetik, seperti cystic fibrosis, juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami bronkiektasis. Pada beberapa kasus, paparan bahan kimia atau polusi yang berkepanjangan juga bisa berkontribusi terhadap kerusakan saluran udara.
Diagnosis bronkiektasis dilakukan melalui pemeriksaan medis yang menyeluruh. Dokter biasanya akan meminta riwayat kesehatan dan gejala yang dialami oleh pasien. Tes pencitraan seperti CT scan paru-paru sangat berguna untuk mengidentifikasi area paru yang mengalami pelebaran. Selain itu, pemeriksaan dahak dapat membantu mengetahui adanya infeksi bakteri yang dapat diperparah kondisi tersebut.
Pengobatan bronkiektasis biasanya melibatkan penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi, bronkodilator untuk membantu memperluas saluran udara, dan terapi fisik pernapasan untuk membantu mengeluarkan dahak yang menumpuk. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, tindakan bedah mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian paru yang rusak. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang bisa terjadi akibat bronkiektasis.