Mengapa Mie Instan Begitu Dominan?
Alasan utamanya adalah ekonomi. Mie instan relatif murah dan tahan lama. Di tengah tekanan harga bahan pokok yang tinggi, mie instan jadi ‘penyelamat’ bagi keluarga berpendapatan rendah, anak kos, hingga pekerja informal.
“Dengan Rp3.000, saya bisa makan kenyang. Kalau beli lauk dan nasi, bisa dua kali lipat,” ungkap Dimas, pekerja lepas di kawasan Tangerang.
Faktor waktu dan kemudahan juga menjadi alasan utama, terutama bagi masyarakat urban yang sibuk. Tapi kenyamanan itu datang dengan konsekuensi jangka panjang.
Kebiasaan yang Dibentuk dari Kecil
Survei dari LIPI menunjukkan bahwa 68% remaja usia sekolah pernah mengonsumsi mie instan lebih dari tiga kali dalam seminggu. Bahkan banyak orang tua membiasakan anaknya makan mie sejak balita.
“Ini bukan sekadar soal pilihan, tapi budaya makan yang perlu dikoreksi,” jelas dr. Ira.
Iklan dan Strategi Pemasaran Ikut Bertanggung Jawab
Pengaruh iklan mie instan sangat besar. Citra mie sebagai makanan lezat, serbaguna, dan cepat saji begitu melekat. Di televisi, media sosial, hingga konten kreator, mie instan dipopulerkan tanpa disertai edukasi soal batas konsumsi yang aman.