“Banyak perempuan memang memakai bra berkawat karena alasan estetika dan kenyamanan. Tetapi itu bukan penyebab kanker payudara,” ujar dr. Tang dengan tegas.
Ia menambahkan, isu tersebut hanyalah mitos yang beredar luas tanpa dasar ilmiah. Sampai saat ini, belum ada satu pun penelitian yang mendukung klaim bahwa bra kawat bisa memicu kanker. Menurut dr. Tang, faktor risiko yang jauh lebih signifikan adalah kelebihan berat badan, genetika, dan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olahraga, pola makan buruk, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok.
Faktanya, bra kawat memang dirancang untuk memberikan dukungan ekstra dan membentuk tampilan payudara agar tampak lebih terangkat. Karena desain ini, bra berkawat sering kali terasa lebih ketat, terutama jika ukurannya tidak sesuai. Namun, keketatan bra tidak berkaitan dengan gangguan sistem limfatik, apalagi sampai menyebabkan kanker.
"Yang paling penting adalah memastikan bahwa bra yang digunakan memiliki ukuran yang sesuai dan tidak menyebabkan rasa sakit atau iritasi. Tapi sekali lagi, tidak ada hubungan langsung antara bra kawat dan kanker payudara," tegasnya.
Kesimpulannya, rumor yang mengaitkan bra kawat dengan kanker payudara tidak memiliki dasar medis yang sahih. Masyarakat, terutama perempuan, diimbau untuk tidak langsung percaya pada informasi yang belum terbukti secara ilmiah. Alih-alih khawatir pada bra berkawat, fokus utama seharusnya diarahkan pada gaya hidup sehat dan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara secara rutin.