Tampang

Selektiflah dengan Pandanganmu!

5 Nov 2017 12:49 wib. 1.323
0 0
Selektiflah dengan Pandanganmu!

Kemarin, sama seperti akhir pekan sebelumnya, saya menyempatkan diri untuk berolahraga. Olahraga yang saya pilih adalah lari pagi. Kemarin, saya sebenarnya merasa agak lelah sebelum berlari. Lelah sebelum lari adalah perasaan yang harus saya usir. Masa belum lari, udah capek duluan? Itu yang ada di benak saya. Ketika itu di track lari, saya melihat mungkin ada sekitar puluhan orang yang memang sedang berlari. Namun, di pinggir track, saya juga melihat orang-orang yang hanya duduk sambil mengobrol atau ya hanya diam saja. Hahaha, sempat tergoda dengan pemandangan yang ke-2!

Lari pagi sebelum meeting, adalah pengalaman langka bagi saya. Dan kemarin adalah salah satu momen langka itu. Makanya, saya berusaha untuk mengusir rasa capek tersebut. Rugi, mendapatkan momen ‘bisa olahraga sebelum meeting’ namun disalahgunakan. Hahahaha. Entah berawal dari mana, akhirnya saya mencoba untuk berlari dengan melepaskan kacamata yang biasanya tak lepas saya pakai (note: saya pengguna kacamata dengan minus 3). Penglihatan akan sangat berpengaruh jika saya tidak mengenakan kacamata. Namun, kemarin, setelah saya memutuskan untuk berlari tanpa mengenakan kacamata. Saya merasa langkah saya lebih ringan karena saya hanya fokus pada langkah kaki saya. Saya tak perlu terganggu dengan pemandangan orang yang mungkin sedang duduk-duduk cantik di pinggir track atau pemandangan orang yang sedang asyik menikmati sarapannya.  Dan rasa capek yang semula saya rasakan, seakan hilang dengan fokusnya saya hanya pada langkah kaki saya ketika berlari.

Kejadian di atas membuat saya berpikir, bukan hanya urusan ‘capek sebelum lari pagi’ saja. Ada banyak urusan-urusan semacam ‘capek sebelum lari pagi’ yang lainnya yang rasanya saya pernah rasakan dalam kehidupan keseharian saya. Dan pilihan sikap yang diambil ketika itu terjadi ya adakalanya adalah pilihan  yang memang membutuhkan sedikit usaha, alias yang paling nyaman untuk saya.  Kadang pilihan ‘membuka kacamata’ jarang diambil karena saya lebih fokus pada perasaan saya, bukan pada memanfaatkan momen berharga yang saya miliki.

Kejadian kemarin, seakan mengingatkan saya untuk bisa selalu fokus dalam memanfaatkan setiap momen berharga yang datang pada hidup kita. Momen hidup tak ada yang bisa berulang. Setiap detik tak ada yang dapat kembali, bahkan sepersekian detikpun! Yuk, kita fokus pada pemanfaatan momen berharga ini dengan lebih selektif pada apa yang kita lihat. Kita tak bisa mengatur, pemandangan apa saja yang akan ada dalam kehidupan kita, tapi kita bisa memilih pemandangan apa saja yang fokus kita lihat. Jika merasa ada pemandangan yang justru akan membuat kita ‘tidak berdaya’ bukalah kacamata kita!

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?