Menurut Yohana, meski anak-anak itu ikut orang tuanya dalam aksi teror, mereka sejatinya adalah korban. "Mereka korban dari salah pengasuhan orang tua. Itu perlu dapat pendampingan," tuturnya.
Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah anak di bawah umur dilibatkan orangtua mereka dalam aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo. Dimana terduga teroris Dita Oepriarto mengajak seluruh anggota keluarganya untuk melakukan aksi bom bunuh diri di tiga gereja yang berbeda di Surabaya.
Dita meledakan dirinya di Gereja Pantekosta. Istri Dita, Puji Kuswati, dan dua anaknya yang berinisial FS, 12 tahun, dan VR, 9 tahun meledakan bom di GKI Diponegoro. Selain itu, dua putranya, Yusuf Fadil, 18 tahun, dan FH, 16 tahun, beraksi di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Selain itu, terduga teroris Anton meledakan dirinya bersama istrinya, Puspita Sari, dan anaknya LAR, 17 tahun di Rumah Susun Wonocolo, Sidoarjo. Namun tiga anak mereka lainnya, yaitu FP, GHA, dan AR berhasil selamat.