Namun, dia menambahkan bahwa Cantino memiliki "banyak pekerjaan yang harus dilakukan" dan mempertanyakan apakah produk baru dari De Sarno mendapatkan daya tarik.
Grup ini, yang juga memiliki Yves Saint Laurent dan Balenciaga, akan melaporkan pendapatan kuartal ketiga pada 23 Oktober.
Stefano Cantino memasuki peran CEO Gucci dengan riwayat pekerjaan yang kuat di industri mode. Sebagai mantan eksekutif Louis Vuitton, Cantino menghabiskan lima tahun di merek terbesar LVMH di mana dia bertanggung jawab atas komunikasi dan citra merek. Sebelumnya, ia telah menghabiskan dua dekade di Prada SpA, mencapai posisi direktur komunikasi dan pemasaran. Pengalamannya yang luas dalam mengelola merek-merek mode terkemuka membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk memimpin pemulihan Gucci.
Keputusan Kering untuk menunjuk Cantino sebagai CEO Gucci dapat menjadi langkah yang positif untuk merek tersebut. Kehadirannya dapat membawa perubahan yang diperlukan, terutama di tengah tantangan yang dihadapi oleh industri fashion global. Permintaan untuk barang-barang mewah telah menurun, terutama di China, akibat dari kondisi ekonomi global yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Perubahan kepemimpinan ini terjadi di tengah-tengah usaha untuk mengembalikan kejayaan merek mode Gucci. Kehadiran Cantino di posisi CEO merupakan bagian dari upaya untuk menghadapi tantangan dan menghidupkan kembali merek tersebut. Penunjukan sebelumnya dari direktur kreatif baru, Sabato De Sarno, juga menyiratkan upaya untuk membawa estetika yang lebih minimalis pada merek yang dikenal flamboyan di bawah pendahulunya, Alessandro Michele. Meskipun De Sarno baru bergabung dengan Gucci kurang dari dua tahun, keputusan untuk menunjuk Cantino mungkin menimbulkan pertanyaan tentang masa jabatannya, karena CEO mode sering mencari desainer yang mereka sukai untuk menerjemahkan visi mereka.