Dijelaskan Dr Stamp, pada jantung orang yang patah hati, terlihat pembuluh koroner mendorong jantung mereka menggembung. Hal ini pertama kali ditemukan di Jepang pada 1990, setelah jantung seorang pasien dikatakan bentuknya menyerupai badan gurita.
Dr Stamp mengatakan, takotsubo jarang terjadi, kecuali pada risiko yang menyerang jantung wanita setelah masa menopause.
"Tidak semua orang yang menderita (taktsubo) akan berujung pada risiko kematian, tergantung bagaimana penanganan kesehatan oleh yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya," tukasnya.
Penelitian sudah dilakukan dan para periset mengubah cara kita berpikir soal patah hati dalam pengertian medis.