Pada awal 1980-an, minuman cola dikembangkan dengan menggunakan gula tebu, tapi kemudian perusahaan beralih ke sirup jagung fruktosa karena faktor harga yang lebih terjangkau. Sebagai informasi, di beberapa negara lain seperti Meksiko, masih ada produsen cola yang menggunakan gula tebu, terutama yang dikemas dalam botol kaca.
Lisa Moskovitz, seorang ahli gizi berlisensi dan CEO dari NY Nutrition Group, menjelaskan bahwa meskipun gula tebu berasal dari tebu atau bit gula dan terlihat lebih alami, pada dasarnya ia juga merupakan jenis gula rafinasi. “Gula tebu mungkin terlihat lebih sehat di permukaan, namun keuntungan sehatnya tidak lebih dari itu,” ucapnya.
Lebih lanjut, Caroline Susie, seorang juru bicara dari Academy of Nutrition and Dietetics, menambahkan bahwa tubuh manusia pada dasarnya hanya mengenali zat yang disebut gula, tanpa mempertimbangkan dari mana asalnya. Ia mengingatkan bahwa konsumsi gula olahan dalam jumlah berlebihan bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit, termasuk peningkatan berat badan, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan juga penyakit hati berlemak.