Dalam sebuah diskusi menarik mengenai pergeseran budaya yang terjadi dalam pola asuh, psikiater dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, dr. Jiemi Ardian Sp.KJ, mengungkapkan bahwa perbedaan nilai dan cara dalam berkomunikasi saat ini dapat menimbulkan trauma di antara orang tua dan anak, terutama pada generasi muda. Ia mencatat bahwa interaksi antar generasi ini sering kali dipenuhi oleh kesalahpahaman, terutama dalam hal meminta maaf, yang bisa berlanjut menjadi luka emosional mendalam.
Menurut Jiemi, sebelumnya orang tua dari generasi yang lebih tua biasanya tidak menggunakan komunikasi verbal secara langsung untuk meminta maaf. Sebaliknya, cara mereka mengekspresikan penyesalan sering kali dilakukan melalui tindakan lain yang dianggap sebagai bentuk pengakuan. Misalnya, dengan memberikan perawatan atau perhatian lebih sebagai ungkapan rasa maaf. Namun, seiring berkembangnya waktu, terutama dengan kemajuan teknologi dan akses informasi yang semakin luas, generasi kini berorientasi pada komunikasi dua arah yang lebih terbuka dan eksplisit.