Farah menekankan bahwa tantangan berikutnya adalah memastikan seluruh anak, tanpa terkecuali, memperoleh layanan gizi, kesehatan, pendidikan, dan pengasuhan yang terintegrasi. Selain itu, pengasuh dan penyedia layanan harus mampu menilai perkembangan anak secara akurat untuk memberikan dukungan yang tepat waktu.
Dengan fondasi pengukuran dan intervensi yang kuat, diharapkan anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya siap belajar secara akademis, tetapi juga mencintai proses belajar itu sendiri. Harapannya, saat mereka mencapai usia 15 tahun, sudah terbentuk kecakapan hidup yang mumpuni dan semangat belajar tinggi, sebagai modal penting menuju Generasi Emas 2045.