Menjawab kebutuhan tersebut, Indonesia mengadopsi Early Childhood Development Index (ECDI) 2030, sebuah alat ukur global untuk memantau perkembangan anak usia 24–59 bulan secara komprehensif. ECDI 2030 tidak hanya menjadi alat statistik, tetapi juga fondasi untuk membangun kesadaran publik, mendukung intervensi berbasis data, dan menguatkan arah kebijakan nasional.
ECDI 2030 mencakup tiga domain utama: pembelajaran, kesehatan, dan kesejahteraan psikososial, dengan 20 pertanyaan yang diajukan kepada orang tua atau pengasuh sebagai informan utama. “Metode ini efisien sekaligus memberdayakan keluarga dalam mendukung stimulasi perkembangan anak secara berkelanjutan,” jelas Farah.
Hasil pengukuran nasional tahun 2024 yang melibatkan 15.000 keluarga menunjukkan 87,7 persen anak Indonesia berada pada jalur perkembangan yang sesuai usia. Meski capaian ini positif dan sejalan dengan target SDGs 4.2.1, masih terdapat kesenjangan antar kelompok sosial ekonomi, di mana anak-anak dari keluarga kurang mampu tertinggal dalam perkembangan.
Mulai tahun 2025, ECDI 2030 akan terintegrasi dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), memungkinkan pemantauan hingga tingkat kabupaten/kota. Hal ini diharapkan mampu mendorong intervensi yang lebih responsif dan tepat sasaran sesuai kondisi lokal.