Pemuda Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan besar yang tercermin dalam salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, tidak bekerja, dan tidak mengikuti pelatihan, atau dalam istilah lain disebut sebagai Not in Employment, Education, and Training (NEET).
Jumlah mereka yang masuk kategori NEET mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan sebagian besar di antaranya merupakan anggota dari generasi Z, yang seharusnya sedang memasuki masa produktif. Generasi Z sendiri merujuk kepada kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, yang saat ini berusia antara 12 hingga 27 tahun.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat berbagai alasan yang menyebabkan para pemuda ini terjebak dalam kategori NEET, di antaranya adalah rasa putus asa, disabilitas, keterbatasan akses terhadap transportasi dan pendidikan, kendala finansial, serta tanggung jawab rumah tangga. Data BPS juga menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat sekitar 5,73 juta perempuan muda yang termasuk dalam kategori NEET, sementara jumlah laki-laki muda yang tergolong NEET mencapai angka sekitar 4,17 juta orang.
BPS juga memperhatikan bahwa angka NEET yang lebih tinggi pada kalangan perempuan dapat mengindikasikan adanya banyak keterlibatan perempuan dalam pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga ini dianggap sebagai faktor yang dapat menghambat perempuan muda untuk melanjutkan pendidikan atau memperoleh keterampilan kerja yang dapat meningkatkan daya saing mereka di dunia kerja.