Gambar bayi yang baru selesai mandi, kulitnya harum semerbak, dan ditaburi bedak, mungkin jadi kenangan manis buat banyak orang tua. Bedak bayi memang sudah lama jadi bagian dari ritual perawatan kulit si kecil. Tapi belakangan, muncul banyak pertanyaan dan kekhawatiran: apakah bedak bayi itu sebetulnya masih aman dipakai? Perdebatan ini bukan tanpa alasan, mengingat adanya isu kesehatan yang kadang dikaitkan dengan produk ini. Penting buat kita memahami fakta di baliknya agar bisa memberikan perawatan terbaik untuk kulit sensitif bayi.
Sejarah dan Fungsi Tradisional Bedak Bayi
Dulu, bedak bayi itu dianggap "wajib" banget. Fungsinya utama memang untuk menjaga kulit bayi tetap kering, terutama di lipatan-lipatan kulit seperti leher, ketiak, atau selangkangan, untuk mencegah ruam popok atau iritasi akibat gesekan dan kelembapan. Tekstur bedak yang lembut dan kemampuannya menyerap keringat diyakini bisa bikin bayi merasa lebih nyaman dan segar. Wanginya yang khas juga seringkali dikaitkan dengan aroma "bayi". Kebiasaan ini sudah turun-temurun, jadi wajar kalau banyak orang tua yang masih merasa bedak itu perlu.
Kekhawatiran Kesehatan: Partikel Halus dan Risiko Pernapasan
Namun, kekhawatiran utama yang muncul belakangan ini berkaitan dengan partikel halus yang terkandung dalam bedak bayi. Sebagian besar bedak bayi tradisional terbuat dari talc (talcum powder), sejenis mineral yang digiling sangat halus. Masalahnya, saat bedak ditaburkan, partikel-partikel talc ini bisa beterbangan di udara dan berpotensi terhirup oleh bayi.