Coba Susu Alternatif: Untungnya, pasar sekarang dibanjiri dengan berbagai susu non-susu yang lezat dan bergizi, seperti:
Susu almond: Rasa ringan, rendah kalori.
Susu kedelai: Sumber protein nabati yang baik.
Susu oat: Tekstur creamy, cocok untuk kopi.
Susu beras: Pilihan yang baik jika ada alergi kacang atau kedelai.
Susu kelapa: Rasa khas dan creamy.
Perhatikan Asupan Kalsium dan Vitamin D: Jika kamu mengurangi produk susu, pastikan untuk mendapatkan asupan kalsium dan vitamin D dari sumber lain. Kalsium penting untuk tulang yang kuat, dan vitamin D membantu penyerapan kalsium. Sumber kalsium non-susu meliputi sayuran hijau gelap (brokoli, bayam), tahu, ikan sarden, dan jus jeruk yang difortifikasi. Vitamin D bisa didapat dari paparan sinar matahari, ikan berlemak (salmon, tuna), dan sereal yang difortifikasi.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun intoleransi laktosa umumnya tidak berbahaya, gejala yang parah atau terus-menerus bisa sangat mengganggu. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi jika:
Gejala sangat parah dan mengganggu aktivitas harian.
Kamu tidak yakin apakah gejala disebabkan oleh intoleransi laktosa atau kondisi lain (misalnya, alergi susu sapi, sindrom iritasi usus besar - IBS).
Kamu khawatir tidak mendapatkan nutrisi yang cukup setelah mengurangi produk susu.
Dokter dapat melakukan tes napas hidrogen atau tes eliminasi diet untuk memastikan diagnosis. Dengan diagnosis yang tepat, kamu bisa mendapatkan saran terbaik untuk mengelola kondisi ini dan tetap memenuhi kebutuhan nutrisi harianmu tanpa harus merasakan mules yang mengganggu.