Dalam perenungan keagamaan, manusia sering diingatkan akan hakikatnya sebagai "Al Basyar" atau manusia biasa. Istilah ini digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada sifat-sifat biologis manusia, yang secara simbolis dikaitkan dengan kulit, wajah, atau tubuh tempat tumbuhnya rambut. Menurut Dr. KH. Ahmad Nur Alam Bakhtir, MA, dalam bukunya "Lima Sebutan Manusia dalam Al-Qur'an", Al Basyar menunjukkan perbedaan biologis manusia dengan hewan, yang lebih didominasi oleh bulu.
Penggunaan kata "Al Basyar" mengajarkan kepada manusia bahwa mereka adalah makhluk yang lemah, dengan segala keterbatasan dan kemanusiaannya. Kata tersebut mencerminkan pengingat akan kelemahan fisik dan spiritual manusia, serta kebutuhan akan makanan, minuman, hubungan seksual, keamanan, dan kebahagiaan. Dalam bahasa Inggris, istilah ini dikenal sebagai "Human Being".
Namun, meskipun diingatkan akan keterbatasannya, manusia juga diberi keistimewaan untuk memiliki kecerdasan, akal, dan kehendak bebas. Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, merenung, dan bertindak sesuai dengan kehendaknya. Hal ini membuat mereka berada pada posisi yang unik di alam semesta, dengan tanggung jawab besar untuk menggunakan kecerdasan dan kehendak bebas mereka dengan bijaksana.