McDonald's Corporation, sebuah perusahaan restoran cepat saji terkemuka, telah menjadi buah bibir di media sosial terkait kabar tutupnya bisnis cabang McDonald's di Islandia. Berita yang santer dikabarkan tersebut menduga bahwa tutupnya restoran ini dipicu oleh boikot anti-Israel. Berbagai unggahan di media sosial bahkan menyertakan gambar-gambar buatan AI yang menunjukkan gedung McDonald's yang rusak akibat boikot tersebut. Namun, seberapa benarkah hal ini?
Menurut laporan dari Euro News, penutupan McDonald's di Islandia tidak ada hubungannya dengan boikot publik terhadap perusahaan tersebut. Faktanya, McDonald's telah menarik diri dari bisnis di Islandia sejak 30 Oktober 2009, setelah negara tersebut menghadapi krisis keuangan yang parah pada tahun 2008.
Keputusan untuk menutup restoran ini sebagian besar dipengaruhi oleh depresiasi besar-besaran dari mata uang negara tersebut, krona, serta tingginya pajak impor yang dikenakan pada produk pangan. Hal ini menyebabkan biaya impor bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi makanan di McDonald's menjadi tidak terjangkau. Perlu diketahui bahwa McDonald's Islandia sangat bergantung pada impor daging dari Jerman, yang tentunya mahal akibat biaya impor yang tinggi.