Bahkan, pelanggan juga dapat mengisi daya baterai ponsel, membayar tagihan listrik, menarik uang tunai, melakukan pemesanan, menerima pesanan daring, mengisi daya skuter listrik, menukar mata uang asing, hingga mengirim surat internasional.
Toserba di Korea Selatan juga diperkenalkan sebagai tempat yang nyaman bagi pekerja kantoran dan pelajar untuk makan siang dan keperluan lainnya. Permintaan terhadap toko kelontong ini melonjak seiring dengan urbanisasi yang terjadi di Korea Selatan. Lebih dari 80% penduduk kini tinggal di pusat kota dengan gaya hidup yang serba cepat.
Selain itu, faktor demografi juga memengaruhi permintaan akan toserba. Dengan semakin sedikitnya penduduk Korea Selatan yang menikah atau memulai keluarga, masyarakat lajang memilih untuk membatasi anggaran belanjanya dengan memilih opsi yang murah dan mudah di toko swalayan atau memesan secara online ketimbang memasak sendiri. Pandemi Covid-19 juga berkontribusi pada tren masyarakat yang lebih memesan barang secara online atau membeli di toko kelontong terdekat.
Terbukti bahwa industri toko serba ada di Korea Selatan mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Antara 2010 hingga 2021, pendapatan toserba di Korea melonjak lebih dari empat kali lipat, melampaui supermarket dan department store tradisional.