Tampang

Kontroversi 'Sing Beling Sing Nganten': Tradisi atau Ketimpangan Gender?

2 Mar 2025 08:06 wib. 45
0 0
Kontroversi 'Sing Beling Sing Nganten': Tradisi atau Ketimpangan Gender?
Sumber foto: iStock

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Youth Voices Research, ditemukan bahwa budaya “sing beling sing nganten” seakan menjadi dorongan bagi remaja untuk menjalani hubungan seks pranikah. Hal ini bertujuan untuk menguji kesuburan perempuan sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Dalam situasi di mana seorang perempuan hamil, mereka akan dipaksa untuk menikah. Namun, sebaliknya, jika perempuan tidak hamil, pernikahan tersebut tidak akan dilanjutkan. Praktik ini menunjukkan adanya tekanan sosial yang kuat bagi laki-laki, yang merasa tertekan untuk meneruskan garis keturunan mereka.

Lebih lanjut, Anastasia mengungkapkan bahwa situasi ini sangat merugikan perempuan dalam berbagai aspek. Mereka sering kali diperlakukan sebagai objek uji coba kesuburan, yang mana jika mereka tidak hamil, mereka akan diarahkan untuk menghadapi stigma sosial yang besar. “Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional perempuan. Mereka tidak hanya mempertaruhkan masa depan, tetapi juga harus berhadapan dengan stigma dari masyarakat,” cetusnya.

Kondisi di Bali juga mencerminkan bagaimana perempuan yang tidak kunjung hamil sering menghadapi stigma sosial yang berat. Dalam banyak kasus, perempuan tersebut memiliki pengalaman yang mengganggu kesehatan mental mereka. Mereka sering kali merasakan tekanan untuk memenuhi harapan masyarakat, yang mengharuskan mereka untuk mampu melahirkan dalam waktu yang relatif cepat setelah menikah. Di sisi lain, perempuan yang hamil di luar nikah sering kali diletakkan dalam posisi subordinat dalam struktur sosial, sehingga memperkuat ketidaksetaraan gender.

Apa yang terjadi di Bali ini menunjukkan betapa pentingnya untuk memahami dan merespons dinamika sosial di berbagai daerah di Indonesia. Tidak semua wilayah di Tanah Air memiliki pandangan yang sama mengenai seksualitas dan pernikahan. Model pemikiran yang berlaku di Bali mungkin tidak bisa diimplementasikan di tempat lain tanpa mempertimbangkan norma dan nilai sosial yang berlaku masing-masing daerah.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Berapa Lama Radang Dapat Menular?
0 Suka, 0 Komentar, 25 Mar 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?