Sebelumnya, maaf kalau contoh yang diambil berasal dari artikel yang saya tulis sendiri. Lha, masa iya saya mau bangga-banggakan tulisan orang lain yang sama-sama “bukan siapa-siapa”.
Yang penting jangan takut menulis. Jangan takut salah beropini. Sebab opini boleh salah. Meski begitu, menulis opini tidak bisa mengandalkan “muka badak”.
Ibaratnya, kalau ada prediksi cuaca yang mengatakan sore nanti akan turun hujan, maka kita harus menyiapkan payungi. Kalau pun pada sore itu hujan tidak turun, maka hal itu bukanlah sebuah kesalahan.
Justru menjadi salah kalau pada sore itu kita tidak membawa payung. Jadi, menayangkan artikel opini harus tetap terukur sesuai dengan literasi, pengamatan, atau pengalaman penulisnya. Itulah yang membuat opini yang diunggah di dunia maya menjadi layak dipertimbangkan dan dipantau oleh sejumlah pihak.