Simbolisme juga berperan. Jika media menampilkan spanduk yang berisi pesan-pesan provokatif atau gambar yang memperlihatkan kerusakan properti, pesan itu akan lebih melekat di ingatan publik. Sebaliknya, jika mereka menampilkan gambar yang menunjukkan solidaritas, kebersamaan, atau bahkan para demonstran yang membersihkan sampah setelah aksi, narasi positif yang akan terbentuk.
Media Sosial dan Fragmentasi Opini
Dengan munculnya media sosial, peran media arus utama sedikit bergeser, namun tidak hilang. Kini, opini publik juga dibentuk oleh algoritma media sosial yang memperkuat bias pengguna. Seseorang yang hanya mengikuti akun-akun pro-demonstran akan terus-menerus disajikan narasi yang mendukung aksi tersebut. Sebaliknya, mereka yang mengikuti akun yang anti-demonstran akan terus-menerus disuguhi narasi yang mengkritik.
Media arus utama masih memegang peran penting dalam memberikan legitimasi dan jangkauan luas. Namun, kini mereka harus bersaing dengan "media warga" yang bisa melaporkan peristiwa secara real-time dari berbagai sudut pandang. Ini bisa menjadi pedang bermata dua: memberi publik informasi yang lebih kaya, tetapi juga mempercepat penyebaran berita palsu atau informasi yang tidak terverifikasi.