Stres adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Dari deadline pekerjaan yang menumpuk hingga kemacetan di jalan, tubuh kita secara otomatis merespons berbagai tekanan ini. Di balik respons tersebut, ada satu pemain utama yang punya peran krusial, yaitu kortisol. Sering disebut sebagai "hormon stres," kortisol sebenarnya punya fungsi yang jauh lebih kompleks dan vital bagi kelangsungan hidup. Namun, ketika kadarnya tidak terkendali, hormon ini bisa menjadi bumerang yang merugikan kesehatan fisik dan mental. Memahami apa itu kortisol dan bagaimana ia bekerja adalah kunci untuk mengelola stres dengan lebih bijaksana.
Kortisol: Hormon yang Lebih dari Sekadar Stres
Kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, yang letaknya di atas ginjal. Produksinya diatur oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari di otak dalam sebuah sistem yang disebut HPA axis (Hipotalamus-Pituitari-Adrenal). Pada dasarnya, kortisol adalah bagian dari sistem respons "lawan atau lari" (fight or flight). Ketika tubuh menghadapi situasi yang dianggap berbahaya atau menekan, kortisol akan dilepaskan untuk mempersiapkan tubuh menghadapi ancaman tersebut.
Fungsi kortisol sangat beragam dan vital. Hormon ini membantu tubuh kita mengatur metabolisme dengan cara mengubah protein, lemak, dan karbohidrat menjadi energi. Kortisol juga punya peran dalam mengendalikan tekanan darah, mengurangi peradangan, dan mengatur siklus tidur-bangun. Di pagi hari, kadar kortisol biasanya berada di puncaknya, membantu kita merasa terjaga dan berenergi untuk memulai aktivitas. Seiring berjalannya hari, kadarnya akan menurun, mempersiapkan kita untuk tidur di malam hari.
Dengan kata lain, kortisol adalah hormon yang sangat diperlukan. Ia tidak jahat. Masalah baru muncul ketika kortisol dilepaskan secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang.