Faktor Hormonal: Hormon memainkan peran besar. Pada perempuan, fluktuasi hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause sering kali memicu craving. Misalnya, banyak perempuan mendambakan cokelat atau makanan manis lainnya sebelum atau selama menstruasi. Ini diduga terkait dengan penurunan hormon serotonin yang memengaruhi suasana hati.
Faktor Psikologis dan Lingkungan: Otak kita bisa mengasosiasikan suatu makanan dengan kenangan atau situasi tertentu. Bau masakan ibu, melihat iklan makanan, atau bahkan melihat teman makan sesuatu bisa memicu craving. Selain itu, kebiasaan juga berperan. Jika kita terbiasa makan keripik saat menonton film, otak akan mengasosiasikan aktivitas tersebut dengan makanan itu, menciptakan dorongan otomatis.
Kekurangan Nutrisi: Terkadang, craving bisa menjadi sinyal bahwa tubuh kekurangan nutrisi tertentu. Misalnya, mendambakan cokelat bisa jadi tanda tubuh kekurangan magnesium, dan keinginan untuk makan daging merah bisa jadi indikasi kekurangan zat besi. Namun, hal ini tidak selalu terjadi, dan sering kali dorongan itu lebih bersifat psikologis daripada kebutuhan nutrisi yang sesungguhnya.
Dampak dan Cara Mengelola Food Craving
Mengikuti setiap food craving secara impulsif bisa berdampak negatif pada kesehatan, terutama jika dorongan itu selalu mengarah pada makanan yang tidak sehat. Konsumsi berlebihan makanan tinggi gula, lemak, dan garam bisa menyebabkan kenaikan berat badan, risiko diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan lainnya.
Mengelola craving bukan berarti harus menolak keinginan sama sekali. Ini tentang mengembangkan kesadaran dan strategi yang lebih sehat: