Lebih jauh lagi, tekanan ini juga memengaruhi industri fashion dan kecantikan. Banyak merek kini menciptakan produk yang tidak hanya berfungsi secara fisik tetapi juga menonjolkan aspek visual di media sosial. Produk-produk ini sering kali dirancang untuk menarik perhatian dan menciptakan buzz di internet, sementara kualitas atau nilai guna produk itu sendiri bisa jadi terabaikan. Hal ini menciptakan siklus di mana konsumen terus mencari barang dan jasa yang sesuai dengan estetika media sosial, bukan berdasarkan kebutuhan pribadi mereka.
Namun, fenomena ini tidak selalu negatif. Dalam beberapa kasus, tekanan estetika dapat memotivasi individu untuk lebih kreatif dan meningkatkan keterampilan mereka dalam bidang fotografi, desain, dan seni. Banyak orang mulai menjadikan hobi dan minat mereka sebagai bisnis melalui media sosial. Jika digunakan dengan bijak, media sosial bisa menjadi platform yang mendukung perkembangan bakat dan kreativitas seseorang.
Meski demikian, tantangan untuk menjaga keseimbangan antara pencitraan dan kenyataan tetap ada. Penting bagi pengguna media sosial untuk menyadari bahwa apa yang mereka lihat tidak selalu mencerminkan kenyataan. Kesadaran akan keterbatasan dan realitas di balik setiap gambar dapat membantu mengurangi beban tekanan estetika. Dengan memahami bahwa setiap orang memiliki perjalanan dan tantangan masing-masing, kita bisa mengurangi rasa kompetisi yang tidak perlu.