Shein, meski penurunannya tak se-ekstrem Temu, tetap mengalami dampak negatif. MAU-nya di AS tercatat turun 12%, menjadi 41,4 juta pengguna di periode yang sama. Penurunan ini menunjukkan tekanan besar yang dihadapi keduanya dalam mempertahankan daya saing tanpa lagi bisa mengandalkan strategi harga murah.
Selain tekanan regulasi, faktor lain yang memperburuk situasi adalah pemangkasan besar-besaran pada anggaran iklan digital oleh kedua perusahaan. Sensor Tower mencatat bahwa dalam tiga bulan terakhir, belanja iklan digital Temu menyusut 87%, sementara Shein mengurangi hingga 69% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Padahal, tahun lalu Temu dan Shein termasuk dalam 10 besar perusahaan pengiklan terbesar di AS, masing-masing berada di posisi 10 dan 11. Kini, keduanya bahkan tidak masuk dalam daftar Top 60 pengiklan terbesar, menandakan perubahan strategi yang drastis sekaligus tantangan serius dalam mempertahankan eksistensi merek di benak konsumen.
Dengan pasar AS yang kian menyempit, Temu dan Shein mulai mengalihkan fokus ekspansi ke kawasan Eropa. Menurut Sensor Tower, pengguna Temu di Prancis melonjak 76%, di Spanyol naik 71%, dan di Jerman tumbuh 64% sepanjang Juni 2025. Sementara itu, Shein juga menunjukkan tren positif, dengan kenaikan pengguna antara 13% hingga 20% di Inggris, Jerman, dan Prancis.
Namun, Eropa bukanlah pasar yang sepenuhnya aman. Pemerintah Uni Eropa tengah mengkaji kebijakan baru berupa biaya tambahan sebesar 2 euro (sekitar Rp38.000) untuk setiap paket kecil yang masuk ke wilayah mereka. Langkah ini diyakini sebagai bentuk perlindungan terhadap pelaku e-commerce lokal dan penjual kecil di kawasan Eropa.