Fikri juga menambahkan bahwa peluang pelemahan rupiah hingga akhir tahun nanti dapat terjadi jika neraca transaksi berjalan Indonesia berbalik positif pada kuartal IV 2024 dan defisit fiskal tetap dapat terjaga di bawah 2,7% hingga akhir 2024. Faktor lainnya adalah penurunan Fed Rate sebesar 50 basis poin atau bahkan lebih, potensi menurunnya tensi geopolitik global, dan penurunan signifikan di Amerika Serikat.
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ariston Tjendra melihat bahwa indeks dolar AS pada pagi hari ini terlihat menguat pada kisaran 104,47, yang lebih kuat dibandingkan sebelumnya pada kisaran 104,20-an. Ariston menilai hal ini kemungkinan masih terjadi karena sentimen pemilu Presiden AS yang lebih mengunggulkan Trump. Hal ini terkait dengan kebijakan proteksionisme ekonomi AS yang diterapkan Trump yang memicu perang dagang dengan negara lain.