Thomas juga menegaskan defisit RAPBN 2025 masih akan jauh di bawah batas aman rasio utang terhadap PDB sesuai Undang-Undang Keuangan Negara. "Rasio utang terhadap PDB yang pernah mungkin beberapa minggu lalu disebut di atas 50% itu tak mungkin," kata Thomas.
Data ekonomi AS yang mendukung juga membuat gejolak bisa ditekan. Data ekonomi salah satunya datang dari inflasi pengeluaran konsumsi pribadi warga AS atau PCE. AS pada Jumat (28/6/2024) mengumumkan inflasi PCE Amerika Serikat melandai ke 2,6% (year on year/yoy) pada Mei 2024, dari 2,7% (yoy) pada April 2024. Inflasi inti PCE - di luar bahan bakar dan makanan- melandai ke 2,6% (yoy) pada Mei 2024 dan 2,8% (yoy) pada April 2024.
Inflasi PCE adalah dasar pertimbangan utama bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Gejolak global yang sedikit mereda pekan ini juga ikut menopang rupiah dan mata uang lain. Sebagian mata uang Asia juga menguat pada pekan ini. Namun, di antaranya tetap ambruk seperti yen dan Baht.
Penguatan rupiah dalam dua hari beruntun menjadi hal positif dalam mengamankan nilai ekonomi. Dengan diketahuinya kebijakan fiskal yang cermat dan terukur, investor dapat sedikit lebih tenang dan mulai mengalihkan perhatian pada instrumen-instrumen keuangan yang tersedia. Kondisi ini juga bisa memberikan keuntungan tambahan bagi perekonomian Indonesia dalam menarik investor asing dan mengurangi risiko volatilitas mata uang asing di pasar domestik. Menariknya, penguatan rupiah juga menjadi indikasi positif bahwa ekspor dan impor Indonesia dapat mengalami perbaikan, mengingat sebagian besar transaksi perdagangan internasional dilakukan dalam mata uang asing, terutama dolar AS.