Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan program pencampuran biodiesel (B20) dengan harapan dapat mengurangi impor BBM dan meningkatkan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Meskipun Indonesia masih bergantung pada impor BBM, langkah-langkah tersebut menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Berbagai alasan di balik tingginya impor BBM dari Malaysia dan Singapura menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mencapai kemandirian energi. Namun, dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, diharapkan kedaulatan energi Indonesia dapat tercapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Pasca penjelasan yang disampaikan, tampaknya wacana ini menimbulkan berbagai opini di kalangan masyarakat. Ada yang menyayangkan tingginya ketergantungan Indonesia pada impor BBM, sementara yang lain menganggapnya sebagai langkah yang sangat realistis dalam upaya memenuhi kebutuhan energi negara yang terus berkembang. Hal ini menunjukkan perlunya diskusi yang lebih mendalam mengenai bagaimana Indonesia dapat mencapai kemandirian energi.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa langkah-langkah pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur kilang dan mengembangkan program pencampuran biodiesel merupakan langkah yang positif. Namun, upaya tersebut harus didukung oleh berbagai pihak terkait, termasuk pelaku usaha dan masyarakat, agar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan dampak positif dalam jangka panjang.
Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan juga evaluasi terhadap kebijakan energi yang ada serta kebijakan impor BBM agar dapat menyesuaikan dengan dinamika pasar internasional. Dalam hal ini, peran Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang tepat guna menjaga stabilitas pasokan energi dalam negeri.