Selain itu, data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia oleh S&P Global menunjukkan adanya penurunan nilai PMI manufaktur pada Agustus 2024. Penurunan ini mengindikasikan adanya kontraksi ekonomi, terutama dalam sektor manufaktur. Hal ini dipicu oleh penurunan permintaan baru dan output selama tiga tahun yang berakibat pada penurunan perekonomian di sektor manufaktur. Tanggapan perusahaan terhadap kondisi ini adalah dengan mengurangi jumlah karyawan, walau kontraksi ini dianggap hanya bersifat sementara.
Dengan kondisi seperti ini, dikhawatirkan bahwa PHK karyawan dapat berdampak pada pengurangan sisi permintaan karena masyarakat yang kehilangan pekerjaannya tidak memiliki pemasukan untuk melakukan pengeluaran. Ini menjadi sebuah indikasi deflasi yang patut dikhawatirkan, karena dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam permintaan barang dan jasa.
Dalam konteks ini, pemerintah diharapkan dapat memberikan respons yang tepat, tidak hanya dalam menghindari kebijakan yang dapat memperburuk kondisi, namun juga dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang dapat memberikan stimuli yang tepat bagi kelas menengah. Di tengah tekanan ekonomi global dan kondisi internal yang menantang, pemerintah perlu memperhatikan kondisi riil masyarakat dan berupaya untuk mengimplementasikan kebijakan yang bersifat pro-rakyat serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.