Penurunan harga ini disebabkan oleh penurunan permintaan pasar akibat ketakutan akan meluasnya penyebaran PMK. Banyak pedagang dan peternak yang khawatir untuk membeli sapi karena takut sapi yang dibeli terinfeksi virus tersebut. Selain itu, banyak peternak yang terpaksa menjual sapi-sapi mereka dengan harga lebih rendah hanya untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Beberapa peternak mengungkapkan kekecewaannya karena mereka harus menjual sapi dengan harga yang sangat murah, meskipun biaya perawatan dan pakan sapi cukup tinggi. "Kami sangat terpuruk. Harga sapi turun drastis, sementara biaya pemeliharaan tetap tinggi. Kami berharap pemerintah segera memberikan bantuan untuk mengatasi kerugian ini," ungkap salah satu peternak sapi di Ponorogo.
Pemerintah setempat menjelaskan bahwa penutupan pasar hewan merupakan langkah yang diperlukan untuk mengendalikan wabah PMK. Pasar hewan sering menjadi titik kumpulnya hewan-hewan yang berasal dari berbagai daerah, sehingga memudahkan penyebaran virus. Oleh karena itu, langkah penutupan pasar diambil dengan harapan dapat memutus mata rantai penyebaran virus yang sangat berbahaya ini.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan vaksinasi massal terhadap hewan-hewan ternak yang sehat untuk mencegah penularan lebih lanjut. "Kami juga bekerja sama dengan dinas terkait dan petugas kesehatan hewan untuk melakukan pemantauan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi hewan ternak di lapangan," tambah Kepala Dinas Peternakan Ponorogo.
Meskipun kondisi saat ini cukup berat bagi peternak, pemerintah Kabupaten Ponorogo berjanji akan terus mendukung para peternak untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh wabah ini. Salah satu langkah yang sedang dipersiapkan adalah pemberian bantuan langsung kepada peternak yang terkena dampak terbesar akibat penurunan harga sapi.