Sebagai contoh, Huang membandingkan dua pertanyaan berbeda: jika seseorang bertanya “Ceritakan tentang bisnismu?”, maka jawabannya akan cenderung umum dan kurang spesifik. Namun, jika pertanyaannya diubah menjadi “Bisakah Anda jelaskan langkah awal memulai bisnis ritel online?”, maka respons yang diberikan AI akan lebih terarah dan berguna.
Selain itu, Kelly Daniel, Direktur Prompt AI di Lazarus AI, menambahkan bahwa pengguna harus memperlakukan AI seperti “anak cerdas” yang ingin membantu tapi belum memiliki konteks penuh. Oleh sebab itu, instruksi yang singkat, jelas, dan sistematis — misalnya berupa poin-poin — akan lebih mudah dipahami oleh AI. Contoh prompt efektif adalah menyampaikan konteks dan hasil yang diinginkan secara eksplisit, seperti: “Saya perlu menyampaikan pidato utama dalam konferensi tahunan perusahaan dengan gaya Bill Gates di masa awal Microsoft.”
Seruan Huang ini muncul di tengah fakta rendahnya penggunaan AI oleh generasi muda Amerika Serikat. Laporan tahun 2024 dari Harvard Graduate School of Education dan Common Sense Media menunjukkan hanya 11 persen remaja usia 14-22 tahun menggunakan AI generatif satu hingga dua kali seminggu. Padahal, laporan LinkedIn Work Change 2025 memproyeksikan sekitar 70 persen keterampilan dalam banyak pekerjaan akan berubah drastis akibat teknologi ini pada 2030.