Tampang

Kemana Perginya Para Raksasa E-Commerce? Bongkar Alasan 10 Platform Digital Ini Gulung Tikar di Indonesia

17 Apr 2025 09:17 wib. 326
0 0
Kemana Perginya Para Raksasa E-Commerce? Bongkar Alasan 10 Platform Digital Ini Gulung Tikar di Indonesia
Sumber foto: iStock

3. Qlapa

Diluncurkan pada 2015, Qlapa memfokuskan diri pada produk-produk kerajinan tangan lokal. Sayangnya, bisnis ini tidak mampu menandingi dominasi Tokopedia dan Bukalapak, hingga akhirnya ditutup pada 2019.

4. Rakuten Indonesia

E-commerce asal Jepang ini menutup operasionalnya setelah lima tahun hadir di Indonesia. Pergeseran model bisnis yang tidak sejalan dengan strategi awal menjadi salah satu penyebab utama penutupan layanan mereka.

5. Cipika

Dimiliki oleh Indosat, Cipika hanya mampu bertahan selama tiga tahun sebelum akhirnya berhenti pada 2017. Lambatnya pertumbuhan platform menjadi salah satu faktor utama kegagalannya.

6. Multiply

Awalnya Multiply adalah media sosial yang kemudian beralih menjadi e-commerce. Namun, meskipun sempat populer, perkembangan Multiply tidak memuaskan, dan investor utama, Naspers, akhirnya menghentikan dukungan dana.

7. MatahariMall.com

Transformasi dari Matahari.com menjadi MatahariMall.com pada 2015 ternyata tak membuahkan hasil maksimal. Perusahaan kemudian memutuskan untuk hanya menjual produk-produk milik grup Matahari dan tidak lagi membuka platform untuk pihak ketiga.

8. Toko Bagus (OLX)

Toko Bagus memang tidak sepenuhnya tutup, melainkan berganti nama menjadi OLX pada 2014. Namun dalam beberapa tahun terakhir, OLX juga menyempitkan fokusnya hanya pada jual beli kendaraan melalui OLX Autos karena tekanan persaingan.

9. JD.id

Platform ini resmi menghentikan layanannya pada tahun 2023. JD.com sebagai induk perusahaan memutuskan untuk lebih fokus mengembangkan jaringan logistik lintas negara daripada mempertahankan pasar e-commerce di Indonesia. Langkah ini dilakukan setelah serangkaian PHK dan penutupan layanan logistik sebelumnya.

10. Bukalapak

Langkah Bukalapak untuk menghentikan layanan jual beli produk fisik terjadi pada Januari 2025. Meski terkesan mendadak, keputusan ini ternyata didasari data internal yang menunjukkan bahwa kontribusi produk fisik hanya menyumbang kurang dari 3% terhadap total pendapatan.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

5 Tips Liburan Hemat Murah Meriah
0 Suka, 0 Komentar, 2 Mar 2018

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?