Tampang

Katanya Ekonomi Lesu, Kenapa Konser Laris & Labubu Laku?

4 Okt 2024 11:03 wib. 269
0 0
Katanya Ekonomi Lesu, Kenapa Konser Laris & Labubu Laku?
Sumber foto: iStock

Fenomena ini dapat dijelaskan dengan istilah "Lipstick Effect". "Lipstick Effect" pertama kali diperkenalkan oleh profesor Juliet Schor dalam bukunya "The Overspent American" pada tahun 1998. Konsep ini menggambarkan bahwa ketika situasi peredaran uang terbatas, seseorang cenderung lebih banyak membelanjakan uang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu penting namun memberikan kepuasan di tengah ketidakpastian. Produk-produk tersebut termasuk lipstik, skincare, make up, parfum, kopi, tiket konser musik, dan juga boneka seperti Labubu.

Terlepas dari isu kesenjangan ekonomi yang masih tinggi di Indonesia, fenomena ini telah terbukti di negara-negara lain. Bahkan, fenomena "Lipstick Effect" telah menjadi panduan bagi perusahaan kosmetik ternama dalam menghadapi situasi ekonomi yang sulit. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa penjualan produk kecantikan, termasuk lipstik, dapat menjadi indikator dari resesi ekonomi.

Di Indonesia, selain konser musik dan pembelian boneka yang masih diminati, penjualan produk kecantikan terutama lipstik juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pasar produk bibir mencapai Rp1,2 triliun dengan 42,6 juta produk terjual melalui e-commerce. Selain itu, penjualan produk kecantikan secara keseluruhan juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, meskipun menghadapi krisis ekonomi, masih memiliki kecenderungan untuk membeli produk kecantikan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dan pelarian dari ketidakpastian ekonomi.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.