Meski demikian, Menaker Yassierli menyadari bahwa ada tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan job fair. Beberapa di antaranya adalah minimnya partisipasi perusahaan dan rendahnya kualitas calon karyawan. Untuk mengatasi hal ini, Kemnaker merencanakan serangkaian program kolaboratif dengan dunia industri dan lembaga pendidikan guna meningkatkan keterampilan serta daya saing pencari kerja. Yassierli berharap kolaborasi ini dapat menjembatani kesenjangan antara kualifikasi yang dimiliki pencari kerja dengan kebutuhan perusahaan.
Lebih lanjut, Yassierli juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pelaksanaan job fair. Ia menyerukan kepada seluruh penyelenggara untuk memastikan semua informasi yang terkait dengan acara tersebut disampaikan dengan jelas dan akurat. Hal ini diharapkan dapat mengurangi potensi mispersepsi di masyarakat mengenai pelaksanaan job fair. "Kami ingin agar masyarakat memahami bahwa job fair bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah konkret untuk membantu mereka menemukan pekerjaan," ungkapnya.
Menghadapi isu dan anggapan negatif yang beredar, Menaker Yassierli berkomitmen untuk terus berupaya memperbaiki kualitas pelaksanaan job fair ke depan. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menyukseskan program ini dan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap pencari kerja di Indonesia. Menaker Yassierli percaya bahwa dengan langkah yang tepat, pemerintah dapat membantu menekan angka pengangguran sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat.