Manajemen Risiko: Dropship memiliki risiko finansial yang jauh lebih rendah karena tidak ada stok mati. Reseller menanggung risiko stok tidak terjual.
Margin Keuntungan Per Unit: Secara umum, reseller memiliki potensi margin keuntungan per unit yang lebih tinggi karena mereka membeli dengan harga grosir. Dropshipper seringkali harus bersaing dengan margin tipis.
Skala Bisnis: Dropship sangat mudah diskalakan dalam hal variasi produk. Anda bisa menjual ribuan produk tanpa menambah gudang. Reseller perlu modal lebih besar untuk menambah variasi atau volume stok.
Kendali dan Kualitas Layanan: Reseller memiliki kendali penuh atas pengalaman pelanggan, dari kualitas produk hingga pengiriman. Ini memungkinkan mereka membangun reputasi dan loyalitas yang kuat, yang pada akhirnya bisa menghasilkan keuntungan jangka panjang yang lebih stabil. Dropshipper sangat bergantung pada supplier.
Upaya dan Waktu: Dropship mungkin terlihat lebih mudah, tetapi mencari supplier yang andal dan mengelola pesanan (walau tidak memegang fisik barang) tetap butuh waktu. Reseller membutuhkan waktu lebih banyak untuk manajemen stok dan logistik.
Jika tujuannya adalah memulai dengan risiko dan modal terendah, dan tidak masalah dengan margin tipis serta ketergantungan pada pihak ketiga, dropship bisa jadi pilihan awal yang baik dan bisa meraih untung dari volume penjualan yang tinggi.
Jika memiliki modal awal yang cukup, ingin margin keuntungan yang lebih besar, memiliki kontrol penuh atas kualitas produk dan layanan, serta berniat membangun merek jangka panjang, maka reseller akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang. Keuntungan akan berasal dari nilai tambah dan kualitas yang ditawarkan.