Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengemukakan bahwa program diskon listrik yang diterapkan menjadi salah satu faktor utama munculnya deflasi pada bulan Februari 2025. Program ini dirancang khusus untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah tantangan ekonomi.Seperti yang telah diketahui, deflasi sebesar 0,09 persen (year-on-year/yoy) tercatat pada Februari 2025 dan sebagian besar dipicu oleh kebijakan diskon tarif listrik hingga 50 persen yang berlaku pada bulan Januari dan Februari. "Adanya diskon tarif listrik ini diharapkan bisa menurunkan angka inflasi dalam beberapa bulan mendatang. Sarana ini merupakan bagian dari serangkaian kebijakan stimulus ekonomi yang diimplementasikan demi mendorong daya beli masyarakat," ujar Febrio saat konferensi pers di Jakarta pada hari Senin.Dampak dari kebijakan diskon tarif listrik ini tercermin dalam tren deflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah, dengan periode Februari menunjukkan penurunan drastis sebesar 9,02 persen (yoy). Namun, di sisi lain, inflasi masih tercatat pada tarif air minum dari Perusahaan Air Minum (PAM) dan produk rokok. Untuk inflasi inti, tren penguatan masih berlanjut dan mencapai 2,48 persen (yoy), banyak dipengaruhi oleh pengeluaran untuk perawatan pribadi dan rekreasi. Perkembangan inflasi inti ini dianggap sebagai sinyal positif bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga.Di sisi lain, inflasi pada komponen pangan yang bergejolak menunjukkan tanda-tanda mulai melandai, dengan pengaruh positif dari harga pangan yang kian terkontrol, menyentuh angka 0,56 persen (yoy). Kestabilan inflasi pangan diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan datangnya musim panen raya padi dan peningkatan produksi hortikultura.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa diskon tarif listrik bagi pelanggan PLN dengan daya 2.200 volt ampere (VA) atau yang lebih rendah telah memberikan kontribusi signifikan terhadap deflasi bulanan sebesar 0,67 persen dan deflasi tahunan sebesar 2,16 persen.BPS mencatat bahwa tarif listrik termasuk dalam kelompok pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok pengeluaran ini mengalami deflasi tahunan yang mencolok, mencapai 12,08 persen (yoy), di mana indeks harga konsumen (IHK) turun dari 102,20 pada Februari 2024 menjadi 89,85 pada Februari 2025.Dari empat subkelompok komoditas yang ada dalam kelompok pengeluaran tersebut, hanya subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga yang menunjukkan deflasi tahunan yang signifikan, yakni sebesar 32,97 persen (yoy). "Pelanggan PLN baru bisa merasakan dampak langsung dari diskon tarif listrik ini ketika membayar tagihan mereka, terutama bagi pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah, yang jelas terasa pada tagihan bulan Februari 2025 untuk penggunaan Januari 2025," jelas Amalia.