Selain Bank Jatim, Bank Oke Indonesia (DNAR) juga mengalami penurunan pada tabungan yang terhimpun. Direktur Kepatuhan OK Bank Indonesia, Efdinal Alamsyah, menyebutkan bahwa tabungan yang terhimpun turun sekitar 12% secara tahunan per 4 September 2024. Menurutnya, menurunnya daya beli masyarakat membuat nasabah mengalihkan pengeluaran mereka ke kebutuhan dasar atau barang yang lebih esensial, seperti bahan makanan atau kebutuhan rumah tangga.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bank BJB (BJBR), yang melaporkan bahwa dampak dari tren penurunan konsumsi kelas menengah membuat nilai transaksi nasabah menurun, walaupun frekuensi transaksi masih bertumbuh. Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, mengatakan bahwa meskipun frekuensi transaksi bertumbuh, nilai transaksi yang diperoleh mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya beli masyarakat, yang juga tercermin dari perubahan pola transaksi masyarakat.
Selain bank-bank tersebut, Bank swasta terbesar RI, BCA (BBCA), juga tidak luput dari dampak penurunan kelas menengah. Meskipun transaksi QRIS atau debit tidak terpengaruh, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengakui bahwa kredit retail mengalami dampak. Namun, Jahja juga menambahkan bahwa kredit konsumsi seperti KPR dan KKB di BCA tetap bertumbuh karena bunga yang murah.