Dari perspektif strategi investasi, investor sering dibagi menjadi dua tipe, yaitu investor aktif dan pasif. Meskipun istilah ini biasanya dikaitkan dengan investasi saham, konsep ini juga berlaku untuk aset lain seperti obligasi.
Investor aktif adalah mereka yang secara rutin melakukan jual beli aset dengan tujuan memaksimalkan keuntungan jangka pendek dan mengungguli performa pasar atau indeks acuan. Untuk melaksanakan strategi ini, investor aktif perlu memahami analisis yang mendalam, serta memerlukan waktu dan perhatian yang besar.
Di sisi lain, investor pasif lebih memilih untuk membeli aset dan menahannya dalam jangka panjang, atau membeli secara rutin tanpa berniat menjual dalam waktu dekat. Investor pasif harus memiliki kesabaran ekstra, karena mereka menganut pola pikir "beli dan tahan."
Tentu saja, baik strategi investasi aktif maupun pasif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Strategi investasi pasif memiliki keunggulan pada biaya yang lebih rendah karena frekuensi transaksi yang minim. Hal ini juga membuat pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih efisien. Namun, dari sisi imbal hasil, kinerja investor pasif bisa jadi lebih rendah dibandingkan dengan investor aktif. Selain itu, investor pasif berpotensi menghadapi opportunity cost, yaitu kehilangan kesempatan keuntungan karena tidak menyesuaikan portofolio dengan kondisi ekonomi yang berubah.