Di jantung kebudayaan Jawa, di tengah hiruk pikuk kota yang masih memegang erat nilai-nilai luhur, terhampar sebuah perayaan yang telah berlangsung berabad-abad: Grebeg Maulud. Diselenggarakan setiap tahun di Yogyakarta, tradisi Grebeg Maulud adalah manifestasi agung dari perayaan keseimbangan antara kekuasaan spiritual dan temporal, sebuah doa kolektif untuk kesejahteraan rakyat, dan penanda identitas yang kuat bagi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ini adalah puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sarat makna dan dipadati ribuan pasang mata.
Sejarah dan Makna Filosofis: Kesultanan dan Rakyat
Tradisi Grebeg Maulud di Yogyakarta berakar pada masa kerajaan Islam Mataram, dan kemudian diteruskan oleh Kesultanan Yogyakarta hingga saat ini. Kata "Grebeg" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "ramai-ramai" atau "bersama-sama", menggambarkan keramaian dan kebersamaan yang hadir dalam perayaan ini. "Maulud" merujuk pada Maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal kelahiran Nabi Islam yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.
Grebeg Maulud adalah simbolisasi hubungan harmonis antara Sultan sebagai pemimpin spiritual dan duniawi dengan rakyatnya. Prosesi ini bukanlah sekadar arak-arakan; ia adalah sebuah persembahan syukur dan doa yang diwujudkan dalam bentuk gunungan—susunan hasil bumi dan makanan yang berbentuk kerucut. Filosofi di balik tradisi ini adalah sebuah perayaan keseimbangan:
Keseimbangan Spiritual dan Material: Gunungan melambangkan kemakmuran dan hasil bumi yang melimpah, merupakan wujud syukur atas rezeki dari Tuhan. Ini juga menunjukkan harapan agar rakyat selalu sejahtera.
Keseimbangan Pemimpin dan Rakyat: Sultan, melalui gunungan, memberikan berkah kepada rakyatnya. Rakyat, di sisi lain, hadir dan berebut gunungan sebagai bentuk doa dan harapan akan berkah tersebut. Ini adalah interaksi simbolis yang memperkuat legitimasi dan ikatan antara istana dan masyarakat.
Keseimbangan Alam dan Manusia: Gunungan yang tersusun dari hasil pertanian adalah bentuk penghormatan terhadap alam dan pengakuan atas rezeki yang diberikan bumi.